Pages

Rabu, 14 Juli 2010

Al-Hafiizh (Yang Maha Pemelihara)

Asma’ Allah Subhanahu wata'ala yang akan kita syarah pada kesempatan kali ini yaitu Al-Hafiizh, yang artinya Allah Yang Maha Pemelihara.

Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

“…Sesungguhnya Rabbmu Maha Pemelihara segala sesuatu”. Al-Qur'an Surat Huud: 57).

Nama Allah Al-Hafiizh ini memiliki dua makna:

Yang pertama: Bahwa Dia memelihara hamba-Nya, apa saja yang mereka perbuat, yang baik dan yang buruk, taat dan maksiat. Ilmu-Nya meliputi semua perbuatan mereka, yang zhahir dan bathin. Allah telah menulisnya (menetapkan) di Lauhul Mahfuzh. Dia menjadikan Malaikat kiraaman kaatibiin sebagai pengawas (pemelihara) hamba, yaitu mereka mengetahui yang mereka lakukan. Pemeliharaan yang dimaksud di sini menuntut suatu pengertian bahwa ilmu Allah meliputi semua keadaan hamba, zhahir dan bathin (yang ada) di Lauhul Mahfuzh dan di lembaran-lembaran yang ada di tangan Malaikat. Pengetahuan tentang kadarnya, kesempurnaan, kekurangan, dan kadar balasannya, baik pahala maupun siksa, maka Dia memberikan balasan atas semua itu dengan karunia dan adil-Nya.

Yang kedua: Dari dua pengertian al-Hafiizh, diketahui bahwa Allah Subhanahu wata'ala, Dia-lah yang menjaga hamba-Nya dari segala apa yang mereka benci.

Pemeliharaan Allah Subhanahu wata'ala terhadap hamba-Nya terbagi dua, yaitu secara umum dan khusus:

Pemeliharaan umum, yaitu pemeliharaan kepada semua makhluk dengan memudahkan baginya segala hal yang menjaga kelangsungan hidupnya, berjalan kepada petunjuk-Nya, dan kepada kebaikannya dengan petunjuk dan arahan-Nya yang umum seperti yang difirmankan oleh-Nya.

“…Yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Al-Qur'an Surat Thaahaa:50).

Maksudnya yaitu memberi petunjuk kepada setiap makhluk terhadap segala sesuatu yang telah ditakdirkan dan ditentukan baginya segala keperluannya, seperti petunjuk untuk makan, minum, menikah, dan berusaha untuk mendapatkan hal itu. Hal itu seperti Allah 'Azza wajalla menolak dari mereka berbagai macam bahaya dan mudharat. Pemeliharaan seperti ini didapatkan oleh orang yang shalih dan fasik, bahkan semua makhluk hidup. Allah yang memelihara langit dan bumi dari kehancuran, dan segala makhluk dengan nikmat-Nya. Dia menjadikan beberapa Malaikat sebagai pengawas yang memeliharanya dan setiap yang mengganggunya. Andaikan tidak mendapatkan perlindungan dari Allah, mereka akan mendapat bahaya.

Adapun pemeliharaan-Nya yang khusus, yaitu bagi para wali-Nya selain yang terdahulu. Dia memelihara dari setiap yang membahayakan iman mereka atau menggoncangkan imannya, berupa syubhat, fitnah, dan syahwat. Dia menjaga dan mengeluarkan mereka dari hal itu dengan selamat, terpelihara, dan afi’at, memelihara mereka dari semua musuh dari bangsa jin dan manusia , menolong dan melindungi mereka dari tipu daya musuh.

Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

“…Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman.” (Al-Qur'an Surat Al-Hajj: 38).

Hal ini berlaku umum dalam menolak semua yang membahayakan agama dan dunia mereka. Menurut kadar keimanan seorang hamba, sebesar itulah perlindungan atau pemeliharaan Allah Subhanahu wata'ala kepadanya dengan kelembutan-Nya.

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiallahu'anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihiwasallam berwasiat kepadanya:

“Ya ghulam, aku ajarkan engkau beberapa kalimat. Peliharalah Allah niscaya Allah akan memeliharamu. Peliharalah Allah niscaya kau mendapati-Nya berpihak kepadamu. Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah. Jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan pada Allah.” Rasulullah melanjutkan: “Ketahuilah jika umat manusia berkumpul untuk memberi manfaat padamu dengan sesuatu, niscaya itu tidak akan berguna bagimu kecuali sesuatu yang memang telah Allah tentukan untukmu. Dan jika mereka berkumpul untuk menimpakan bahaya padamu. Niscaya mereka tak dapat mendatangkan bahaya padamu kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tentukan menimpamu. Pena telah diangkat. Lembarannya telah kering.” (Hadits Riwayat Tirmidzi dengan sanad shahih).

Renungkanlah bagaimana untaian kalimat demi kalimat dalam wasiat Rasulullah Shallallahu 'alaihiwasallam itu mengandung kekuatan besar membantu seseorang mampu mengatasi masalahnya, sejak kanak-kanak. Dan kita dapat mengambil dua pelajaran utama dalam hadits yang mulia ini. Yang pertama, sejauh mana ketaatan kita kepada Allah, maka sebatas itu pula pertolongan yang Allah berikan pada kita. Kedua, segala yang terjadi atas kehendak Allah dan karenanya tidak ada yang perlu ditakutkan selama seseorang berada di jalan Allah.

Sumber: Syarah Asma’ul Husna, Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf al-Qahthani (Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i) dan sumber lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar