Sebagian salaf berkata, “Tidak lah Allah menimpakan suatu hukuman yang lebih besar dari kerasnya hati.”
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Semakin banyak dosa, akan kian parah rasa tak enak dalam hati. Kehidupan paling pahit adalah kehidupan yang dijalani mereka, dan kehidupan yang paling indah adalah kehidupan yang dijalani oleh orang-orang yang hatinya penuh suka cita. Jika orang yang berakal mengamati dan membandingkan antara lezatnya maksiat dengan rasa khawatir dan tak enak hati yang akan ditimbulkannya, ia akan mengetahui sungguh buruk keadaannya dan sungguh besar kerugiannya. Karena ia berarti menjual kelezatan taat dan kenyamaan yang ada di dalamnya dengan kemaksiatan dan rasa gelisah serta keburukan yang ditimbulkannya.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang tidak merasakan manisnya beramal dalam hati dan kelapangan, maka curigailah amal tersebut. Karena sesungguhnya Rabb Mahamembalas. Maksudnya, Allah akan senantiasa memberi ganjaran atas orang yang beramal di dunia dengan memberinya kelezatan, kelapangan hati dan kenikmatan. Jika ia tidak mendapatkan itu semua, maka berarti amalnya disusupi.”
Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata, “Aku terhalangi dari qiyamul lail karena satu dosa yang aku perbuat.”
Mengenang saudara & sahabatku Purna Atmaja. Uhibbuka fillah, ya akhi....
Sumber artikel Sabilul Ilmi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar