Pages

Kamis, 29 Juli 2010

Al-Waliy (Yang Melindungi)

Nama al-Waliy diberikan kepada setiap orang yang memegang perkara atau melaksanakannya, penolong, yang mencintai, kawan, teman setia, mertua, tetangga, pengikut, yang memerdekakan dan yang mentaati. Dikatakan bahwa orang yang beriman adalah waliyullah (maksudnya dekat dengan Allah). Hujan disertai atau diiringi oleh hujan berikutnya. Al-Waliy adalah lawan dari al-‘Aduww (musuh), penolong dan yang mengurus seluruh makhluk. Pengasuh anak yatim disebut wali, demikian juga seorang penguasa.

Allah Subhanahu wata'ala, Dialah al-Waliy yang diibadahi dan ditaati oleh para hamba-Nya, dengan mendekatkan diri kepada-Nya dalam berbagai macam ibadah. Dia yang mengurus semua hamba-Nya dengan mengatur mereka dan melaksanakan ketentuan (qadar) pada mereka dan menguasai hamba-hamba-Nya dengan berbagai macam aturan.

Dialah al-Waliy, Yang mengurus semua urusan alam dan makhluk, Dialah Raja Pengatur. Dia al-Waliy yang memberikan kepada para hamba-Nya segala yang bermanfaat bagi agama, dunia, dan akhirat.

Dia telah memberikan nama ini bagi diri-Nya, nama ini bagian dari Asma’ul Husna.

Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

“Atau patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain Allah? Maka Allah, Dialah pelindung (yang sebenarnya) dan dia menghidupkan orang- orang yang mati, dan Dia adalah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Asy-Syuura: 9).

Ia juga berfirman:

“Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. dan dialah yang Maha pelindung lagi Maha Terpuji.” (Asy-Syuura: 28).

Allah subhanahu wata’ala mengurus hamba-hamba-Nya yang beriman secara khusus dengan mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya dan mengurus pendidikan mereka dengan kelembutan. Membantu dan menolong semua urusan mereka. Dia memantapkan mereka dengan taufik-Nya dan meluruskan mereka.

Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

“Allah pelindung orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 257).

Allah Subhanahu wata'ala adalah penolong dan pelindung orang-orang yang beriman. Dia melindungi mereka dengan pertolongan dan taufik-Nya. Dia Subhanahu wata'ala mengeluarkan mereka dari gelapnya kekufuran kepada cahaya iman. Sesungguhnya Dia menjadikan perumpamaan kekufuran itu sebagai kegelapan karena kegelapan adalah tabir/hijab bagi pandangan mata untuk mendapatkan dan menetapkan sesuatu. Demikian juga kekufuran merupakan tabir hati untuk mendapatkan kebenaran/hakikat iman dan kekufuran menjadi tabir bagi ilmu, kebenaran dan sebab-sebabnya. Allah Subhanahu wata'ala mengabarkan kepada hamba-Nya bahwa Dialah pelindung orang-orang yang beriman dan memperlihatkan kepada mereka hakikat iman, jalan-jalannya, syari’at-syari’atnya, hujjah-hujjahnya, dan menunjukkan kepada mereka dalil-dalil/bukti untuk menghilangkan keraguan dan menyelamatkan mereka dari ajakan-ajakan kekufuran dan kegelapan pandangan hati.

Sebagai kesimpulan: Allah telah mengabarkan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wata'ala dan Rasul-Nya, membuktikan keimanan mereka dengan melaksanakan segala tuntutan iman, dan meninggalkan segala yang membatalkannya, maka Dialah pelindung mereka. Dia melindungi mereka dengan perlindungan yang khusus. Dia mengurus pendidikan mereka, mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan, kekufuran, kemaksiatan, kelalaian, dan berpaling kepada cahaya ilmu, yakin, iman, dan taat. Juga pengabdian yang sempurna kepada Rabb mereka. Dia menerangi hati mereka dengan memberikan padanya cahaya wahyu dan iman, memberikan kemudahan kepada mereka dan menjauhkan mereka dari kesusahan, mendatangkan manfaat bagi mereka dan menjauhkan kemudharatan. Dialah pula yang melindungi orang-orang yang shalih.

“Sesungguhnya Pelindungku ialah Allah yang Telah menurunkan Al Kitab (Al Quran) dan dia melindungi orang-orang yang saleh.” (Al-A’raaf: 196).

Sumber: Syarah Asma’ul Husna, Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf al-Qahthani, Pustaka Imam Asy-Syafi’i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar