Pages

Rabu, 14 Juli 2010

Asy-Syaakir, Asy-Syukuur

Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas dua nama Allah yaitu Asy-Syaakir (Yang mensyukuri amal kebaikan hamba-Nya) dan juga Asy-Syukuur (Yang Maha Mensyukuri).

Di dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 158, Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

“…Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebaikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah, 158)

Juga firman-Nya dalam Al-Qur'an Surat At-Taghaabun ayat 17:

“Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas jasa lagi Maha Penyantun.”


Dan Dia berfirman:

“…Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’: 147).

Sebagian dari asma’-Nya adalah asy-Syakir asy-Syakuur, yang tidak pernah sia-sia usaha orang yang beramal karena mengharap wajah-Nya, bahkan Allah akan menggandakannya beberapa kali lipat.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wata'ala tidak menyia-nyiakan pahala orang yang melakukan perbuatan baik. Dia telah menceritakan dalam kitab-Nya (al-Qur’an) dan sunnah Nabi-Nya bahwa Dia akan melipatgandakan satu kebaikan dengan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat, sampai kepada kelipatan yang banyak. Hal itu sebagai syukur-Nya bagi hamba-Nya. Maka dengan pengawasan-Nya apa yang dipikul oleh orang yang memikul karena-Nya. Siapa yang meninggalkan sesuatu (yang dilarang) karena-Nya, niscaya Ia akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Dia Allah Subhanahu wata'ala yang memberi taufik kepada hamba-Nya untuk mendapatkan keridhaan-Nya, kemudian mensyukuri dan memberi mereka sebagian dari kemuliaan-Nya (karamah-Nya), yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terbayang dalam hati manusia. Semua itu bukan hak yang wajib atas-Nya. Hanya saja, Ia mewajibkan hal itu kepada diri-Nya sebagai kemurahan dari-Nya.

Tidak ada paksaan atas Allah Subhanahu wata'ala jika ada hamba yang mengharuskan kepada-Nya (untuk melakukan) sesuatu.

Allah Ta'ala berfirman:

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya,dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiyaa’, 23)

Memberi pahala kepada orang yang taat bukan sebuah keharusan bagi Allah Subhanahu wata'ala. Demikian pula menyiksa orang yang durhaka (bukan keharusan bagi Allah Subhanahu wata'ala), juga memberi pahala hanya semata-mata karunia dan ihsan-Nya, dan menyiksa itu semata-mata keadilan dan hikmah-Nya (kebijaksanaan-Nya). Allah Subhanahu wata'ala mewajibkan kepada diri-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Maka hal itu menjadi wajib kepada-Nya karena tuntutan janji-Nya yang pasti ditepati. Hal ini seperti yang Allah firmankan dalam Al-Qur'an Surat Al-An’aam ayat 54:

“…Rabbmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Dan juga dalam Al-Qur'an Surat Ar-Ruum ayat 47:

“…Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.”

Bahwasanya madzhab Ahlus Sunnah meyakini bahwa seorang hamba tidak memiliki hak untuk mewajibkan sesuatu terhadap Allah Subhanahu wata'ala. Apabila ada sesuatu yang hak, maka Dialah yang mewajibkannya, yaitu menjadikan hal itu wajib atas-Nya. Karena itu, tidak ada ibadah yang sia-sia di sisi-Nya, yaitu ibadah yang terlaksana atas dasar ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti) Nabi Shallallahu 'alaihiwasallam. Sebab keduanya adalah syarat yang sangat mendasar untuk diterimanya semua ibadah.

Apapun yang menimpa seorang hamba, baik nikmat (yang diperoleh) atau terhindar dari bahaya, semua itu berasal dari Allah Subhanahu wata'ala sebagai karunia dan kemurahan dari-Nya. Jika Ia memberikan nikmat, hal itu dari karunia dan ihsan-Nya. Jika Ia menyiksa mereka, maka itu dengan keadilan dan kebijaksanaan-Nya. Dialah Yang dipuji atas semua perbuatan-Nya. Wallahu a'lam.

Sumber: Syarah Asma’ul Husna, Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf al-Qahthani (Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar