Pages

Rabu, 14 Juli 2010

Asy-Syahiid (Yang Maha Menyaksikan)

Nama dan sifat Allah yang akan kita syarah pada kesempatan kali ini ialah Asy-Syahiid (Yang Maha Menyaksikan). Dialah Allah Yang menyaksikan semua makhluk. Mendengar semua suara, yang tersembunyi dan yang nampak.

Melihat segala yang ada, yang samar dan yang jelas, yang kecil dan yang besar, ilmu Allah meliputi segala sesuatu. Yang menyaksikan untuk dan atas semua hamba-Nya dengan yang mereka ketahui.

Syaikh ‘Abdurrahman Nashir as-Sa’di berkata: “ Ar-Raqiib dan asy-Syahiid adalah sinonim, keduanya menunjukkan pendengaran Allah meliputi segala yang didengar dan penglihatan-Nya meliputi segala yang dilihat, ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu, yang nampak dan yang samar. Dia Yang Maha Menyaksikan apa yang bekerja dalam pikiran dan gerakan mata, apalagi perbuatan yang tampak dengan anggota tubuh.”


Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

“…Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisaa’: 1).

Dan juga firman-Nya:

“…Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al-Mujadilah: 6).

Karena sebab inilah, al-Muraaqabah merupakan amal ibadah hati yang paling tinggi, yaitu beribadah kepada Allah Subhanahu wata'ala dengan nama-Nya ar-Raqiib, asy-Syahiid. Apabila hamba meyakini bahwa geraknya yang tampak dan tersembunyi diketahui Allah Subhanahu wata'ala sehingga menghadirkan keyakinan ini dalam setiap keadaannya, niscaya hal itu menjadikannya pengawasan yang tersembunyi dari setiap pikiran dan lintasan hati yang menyebabkan murka Allah Subhanahu wata'ala. Dia memelihara zhahirnya (anggota tubuhnya) dari setiap atau perbuatan yang menyebabkan murka Allah Subhanahu wata'ala dan beribadah dengan derajat ihsan, maka dia beribadah kepada Allah Subhanahu wata'ala seolah-olah ia melihat-Nya. Jika tidak sanggup seperti itu, hendaklah ia meyakini bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wata'ala melihatnya.

Apabila Allah Maha Mengawasi segala yang samar, menyaksikan segala rahasia, dan niat, tentu Dia lebih menyaksikan yang nyata dan tampak, yaitu perbuatan yang dilakukan anggota tubuh.


Terdapat dua sarana yang dapat kita gunakan untuk menghidupkan Muraqabah dalam diri kita:

Yang pertama: Memiliki keyakinan yang sempurna bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wata′ala Maha Mengetahui segala yang dirahasiakan dan segala yang nyata, Allah Subhanahu wata′ala berfirman:

"Dia Allah yang disembah di langit dan di bumi, Dia Mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu tampakkan, dan Dia Mengetahui apa yang kamu usahakan." (QS. Al-An′am: 3).

Sesungguhnya hakikat muraqabah seperti ini apabila benar-benar terhunjam di dalam hati seseorang, maka dia akan benar-benar merasa malu dilihat oleh Allah Subhanahu wata′ala jika dia melanggar larangan-Nya atau dia meninggalkan perintah-Nya. Sesungguhnya takut kepada Allah Subhanahu wata′ala dalam keadaan seorang diri jauh lebih tinggi daripada takut kepada-Nya dalam keadaan terang-terangan.

Yang kedua: Memiliki keyakinan bahwa Allah Subhanahu wata′ala akan menghitung dan menghisab segala sesuatu meskipun itu hal-hal yang terkecil. Dia akan memberitahukan hal itu kelak pada hari Kiamat, dan bahkan Dia akan memberikan balasannya sesuai dengan jenis amal perbuatan seseorang, amalan yang jelek akan dibalas dengan hukuman dan azab-Nya sedangkan amal yang baik akan mendapatkan balasan rahmat dan ridha-Nya.

Allah Subhanahu wata′ala berfirman:

"Dan diletakkanlah al-kitab (buku catatan amal perbuatan), lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan dia catat semuanya; dan mereka mendapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis dihadapan mereka). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun." (QS. Al-Kahfi: 49).

Sumber: Syarah Asma’ul Husna, Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf al-Qahthani (Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i) dan sumber lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar